Beberapa statement muncul, jika ingin memperoleh daya amplifier 1000W maka transistor final harus 10 biji dengan rating daya 100W per channel. Atau ada statement jika ingin daya amplifier 2000W maka trafo harus 20A, 100V dan lain sebagainya,
Berikut saya jabarkan saja sejauh pemahaman saya soal perhitungan daya. OK sederhana1. Menghitung daya total trafo
Sejauh pemahaman saya ada 2 jenis model trafo, trafo engkel, dan trafo simetris (CT), trafo engkel tegangan keluarannya tunggal alias hanya keluar satu tegangan tertentu misal 0 (baca nol/netral) dan 24 (phase 24V), sedangkan untuk simetris misal 12 CT 12. Lanjut ke perhitungan, misalnya ada trafo dengan tulisan 5A,32V jenis engkel. maka perhitungannya dayanya P = V.I, dengan P=daya maks, V=Tegangan maksimum (dirumuskan Vefektif x 1,414), I=Arus maks (anggap kita percaya tulisan di body trafo), maka P = 32V x 1,414 x 5A = 226,24W.
Jika terdapat trafo simetris misal 32 CT 32, 5A maka perhitungan daya total akan lain, dengan V adalah total dari tegangan rail 32+32=64V, jadi perhitungan daya totalnya adalah P = 64V x 1,414 x 5A = 452,48W, kenapa beda? ya bedalah, secara logika kawatnya 2x, tegangan 2x.
CATATAN :
Perhitungan ini berlaku untuk trafo dengan efisiensi 100%, dan tidak ada rugi-rugi panas, induksi, inti, dll yang hilang. Pada kenyataannya tidak ada trafo dengan efisiensi 100%.
2. Menghitung daya amplifier
Untuk daya amplifier perhitungannya sama dengan daya listrik, hanya saja ada beberapa hal yang mempengaruhi. Pada dasarnya output sebuah amplifier adalah amplitudo berfrekuensi ^_^. Sudah yakinkan jika amplifier menggunakan trafo 20A, 50V akan keluar daya amplifier 1000W lebih?
Konsep input output tetap ada, artinya daya output tidak akan bisa melebihi daya input. Sebagus-bagusnya amplifier daya outputnya tidak akan bisa menyamai daya inputnya. Faktor paling utama dalam penyaluran daya trafo adalah efisiensi dari amplifier itu sendiri. Nah, ini yang nantinya akan memunculkan kelas-kelas amplifier. Kelas A amplifier jangan harap bisa menyalurkan daya 100% dari daya trafo. Bahkan untuk class D tidak akan bisa. Maka paling untama penentu adalah efisiensi dari amplifier itu sendiri.
Pada dasarnya amplifier tidak akan mengeluar daya maksimumnya secara kontinyu. Metode perhitungan ini adalah metode perhitungan secara kontinyu. Untuk menghitung daya maka perlu dicari parameter yang mempengaruhi daya yaitu Arus dan Tegangan.
Peralatan yang dibutuhkan :
* Dummy Load (4,6,8,10, dll ohm)
* CRO/Osiloskop minimal 2 channel (bisa digital/analog)
* Audio Generator/Function Generator
Catatan :
* Sudah bisa mengoperasikan Osiloskop dan Audio Generator
Pertama siapkan beban pada amplifier, yaitu dummy load misal 10 ohm, hubungkan ke output amplifier, siapkan osiloskop dan hubungkan pada output channel 1 dan input amplifier channel 2, lalu siapkan Audio Generator, hubungkan ke input amplifier, setting pada frekuensi 1KHz sinus, frekuensi lain juga bisa, nanti yang trukur adalah maksimumnya pada frekuensi tersebut. 1KHz adalah rata-rata antara 20-20000Hz.
Hidupkan semua perangkat, gain Audio generator posisi minimum, buka volume amplifier maksimum. Lalu perlahan-lahan buka gain Audio Generator, amati pada osiloskop, atur gain Audio Generator sampai sinyal hampir terpotong/clipping, lalu kurangi hingga mulus. Catat berapa amplitudo maksimal dari outputnya. Ini digunakan sebagai dasar perhitungan daya.
Sehingga daya puncaknya P = (50V x 1.414) x 7,07A = 499,849Watt pada 1KHz kontinyu.
Driver tawon mini
Smps fbt cocok untuk audio
Tidak ada komentar:
Posting Komentar